Langsung ke konten utama

7.281 miles Away

Aku mengenalnya pertama kali saat orientasi kampus.. Dua tahun lalu.

Ketika kebanggaan akan keberhasilan menjadi salah satu mahasiswi di kampus kuning itu masih membuncah ke puncak, di ruangan megah nan besar dalam pakaian serba putih polos yang kukenakan, lengkap dengan nametag bertuliskan nama dan asal sekolahku, aku melihat dia berdiri di atas panggung di depan sana bersiap memberi sambutan untuk aku dan sekitar 6000 teman baruku yang lain. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, kata MC tadi. Siang hari yang panas ditambah dengan puasa yang sedang aku jalani, sukses membuyarkan segenap konsentrasiku dari tadi, namun ada yang berbeda ketika suaranya mulai menggaung melalui pengeras suara di setiap sudut penjuru ruangan. Fokusku terkumpul kembali. Aku mendongakkan kepala lebih tinggi lagi, menyipitkan mata, memastikan bahwa aku bisa melihatnya dengan jelas. Oh, itu toh orangnya, ujarku dalam hati.
Ya, aku sudah mengenal, ehm, tepatnya mengetahuinya, dari sebelum aku injakkan kaki di kampusku ini. Meski hanya dari dunia maya, aku terkesan dibuatnya. Namanya juga beberapa kali kudengar dibicarakan oleh kakak-kakak kelasku dan rekan-rekan di OSIS. Aku tau dia memimpin salah satu pergerakan penting terkait isu besar yang sedang panas di tahun itu. Dan, hmm.. mungkin itu salah satu yang membuatku sangat tidak sabar untuk segera memulai kehidupan sebagai mahasiswi setelah dinyatakan diterima di kampus tertua negeri ini. Ah, ya, motivasi sederhana dari seorang anak SMA biasa.
Dia berada empat tingkat di atasku. Saat aku masuk, semestinya dia sudah diwisuda. Tapi karena ia Ketua BEM Universitas, sehingga dia harus cuti selama periode kepemimpinannya (memang sudah kewajiban dari pihak akademik kampus), dan kelulusannya tertunda 1 tahun. Dia berasal dari fakultas yang berbeda denganku, dari jurusan yang dikenal paling sulit di fakultas itu. Dan... ehm.. aku tidak tahu lagi apa-apa tentangnya, saat itu.

Kesempatan itu akhirnya datang tanpa diduga. Ya, aku akhirnya bisa bertemu dan berkenalan langsung dengannya. Salah satu tugas orientasi yang  aku dapat ialah meng-interview tokoh kampus, dan kelompokku kebagian ‘rezeki’ mewawancarai dia. How amazing, eh?! Sebulan kemudian, orientasi kampus selesai dan aku bisa memproklamirkan diri sebagai seorang mahasiswi. Yeay! But, I knew something didn’t change.. Yap, that tiny little crush. And as time went by, I found out it grows, bigger and even bigger..

Keinginan mengikuti berbagai macam organisasi dan kepanitiaan adalah hal yang lumrah dan bahkan kerap disebut sebagai newbie’s excitement. Aku pun tak luput dari sindrom itu. Dan tak dinyana, itu menjadi salah satu jalanku untuk ‘bertemu’ dengannya. Dimulai dari suatu event yang mengundangnya sebagai salah satu pembicara, aku dengan senang hati melibatkan diri di dalamnya. Bukan semata-mata karena dia, memang. Tapi aku tak munafik, keberadaan dia adalah salah satu alasanku.
As my crush for him grew up, and so do my fear. Sudah bukan rahasia lagi kalau dia adalah salah satu common crush di kampus. Bagaimana tidak. Aktivis, iya. Cerdas, jelas. Berkarisma, tegas, pintar. Tampang oke. Dan dengan segala kualitas yang ia miliki, dia sangat, sangat rendah hati. Down to earth, low profile. Kurang apa lagi, coba? Itulah kenapa, aku hanya bisa menyimpan rapat-rapat sendiri. Tidak ada yang tahu, bahkan sahabat terdekatku. Sikap ‘netral’ dan ekspresi ‘biasa saja’ yang kutunjukkan, rupanya sukses mengelabui semua orang. Yet I knew someone was never able to be fooled like the others; my self.

Waktu berlalu, dan setahun kemudian, bersamaan dengan selesainya tingkat satuku, tiba jugalah saat untuk wisuda kelulusannya. Aku senang, tapi kesedihan lebih menguasaiku. I sincerely congratulated him, but deep inside, I’m suffering. Hei, aku belum pernah bilang apapun padanya! Tapi, yah, bagaimana lagi.. There was really nothing I could do..
Sekitar 1 atau 2 bulan setelah ia menyandang gelar sarjana, dia menulis di salah satu akun media sosialnya. He said that... he’s going to London!
HE IS GOING TO LONDON!
HE IS GOING TO ENGLAND!
Dia mendapat beasiswa penuh untuk studi master di salah satu perguruan tinggi yang dinobatkan Times Higher Education sebagai universitas pemegang peringkat 10 dunia untuk periode 2013-2014; Imperial College, London. Uh well.. Kekagumanku padanya sudah benar-benar tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dan hanya beberapa hari setelahnya, tibalah hari keberangkatannya, hmm bisa dibayangkan kira-kira bagaimana yang aku rasakan? Ah, aku juga tak tau frasa yang tepat untuk menggambarkannya.
Aku masih ingat betul update pertamanya ketika dia menginjakkan kaki di Negeri Ratu Elizabeth. Menyadari bahwa ia telah benar-benar berada sejauh 7.281 mil dari tempatku berada, entah sejak saat itu lagu London-nya The Changcuters yang sebelumnya menurutku cheesy dan ‘nggak banget’, menjelma jadi lagu yang benar-benar pas mewakili..
London.. London.. Ingin ku kesana..
London.. London.. pergi menyusulnya..

Suatu malam, aku membaca beberapa tulisannya mengenai kegiatan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di United Kingdom (dia terpilih menjadi presidennya, hanya 3 bulan setelah ia berada di London). Aku tidak tau apa yang ‘merasuki’ku saat itu, yang aku tau adalah tiba-tiba aku meng-klik simbol ‘send’ setelah mengetikkan beberapa kalimat di body email. Beberapa detik kemudian, muncul notifikasi bahwa pesanku terkirim, dan aku kaget sendiri, seakan tersadar “what the heck was I doing??” Tapi, sudah telanjur, dan dampaknya, jelas, aku jadi susah tidur semalaman!
Esok paginya, aku agak takut mengecek handphone. Berbagai pikiran berkecamuk. Tiada henti aku merutuk diri sendiri yang sudah mengirim email seenaknya. Tolol. Sampai akhirnya aku tak kuasa menahan perang yang membara dalam batin ini, kuraih handphone dari sudut meja. Hey! Icon amplop itu muncul. I'm a liar if I said I didn't expect him to answer. Yet I knew I wasn't anyone important to him. Did he even remember me? Aku sentuh icon itu, dan... siapa sangka? Email baru di inbox-ku itu datang darinya! DARINYA! Dari London! 
Dia (masih) mengingat dan mengenalku! What a surprise, beautiful surprise! :”)
I haven’t had any continuous conversation with him during when we were still in the same campus, but ever since that mail, I knew something has changed. A little change, indeed. But it means much. Beberapa kali bertukar kabar dan informasi tentang...apapun, membuatku selalu excited setiap kali membuka icon amplop di handphoneku. It’s just so so so deeply happy knowing that (in fact) he truly noticed me.
Semakin icon amplop itu bermunculan, lagi, dan lagi, semakin kuat magnet London menarikku ke dalam pusarannya. Seakan saktinya pesona kota itu sendiri yang memang sudah menghipnotisku sejak aku masih berseragam putih-merah belum cukup, ditambah lagi kini dengan kehadiran ia disana. Seringkali aku iri pada surat-surat virtual yang kutulis itu. Bisa pergi dan sampai ke Inggris hanya dengan satu klik saja. Hahahahaha, ah, mungkin aku memang sudah kehilangan rasional. 

Sekitar sebulan lalu, aku mendapat kabar luar biasa; dia diterima untuk melanjutkan pendidikan di dua universitas mentereng; Cambridge dan Oxford! Belum genap 1 tahun studi S2nya di Imperial, dia sudah mendapat jaminan untuk S3. Being accepted in the two world universities at once (with full scholarship).. what a genius! Freakin' Genius! Aku, yang memang dari awal bertekad bulat untuk melanjutkan S2 di Inggris, karena disanalah salah satu pusat pengembangan ilmu yang aku pelajari, semakin berlipat-lipat ganda dahsyatnya semangatku untuk meraih mimpi itu. Kelulusanku dari kampus kuning ini masih 3 tahun lagi (karena ditambah 1 tahun fase klinik), tapi sudah sangat tidak sabar rasanya untuk segera pergi dan belajar disana! :’)

Sekarang, (tidak terasa sangat terasa sekali), hampir 1 tahun sudah ia berada di London, dan hampir 2 tahun berlalu sejak aku memendam kekaguman padanya. Kangen? Oh, aku bahkan tidak tau apa aku pantas merindukannya. Yang aku tau, akan sangat, sangat kusyukuri jika bisa mendapatkan kesempatan menapakkan jejakku di tanah kelahiran Emma Watson itu.

For me, England is always been a country of dreams. Harry Potter, my forever childhood bestfriends. Arctic Monkeys, whose songs have been accompanying me to get through the difficult phase in my life since highschool. Oxford, my ultimate dream campus, plus, the place where some HP scenes took place. Big Ben. London's Eye. Trafalgar Square, Stamford Bridge... you name it – And one more, him. He is one of my lovely reasons.
Inggris. Tempatku mengejar cita, dan cinta. :)



p.s.: Ini pertama kalinya saya ngepost fiksi. Based on a true-story of my dearest friend in college. Semangat, sist! :))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mein Traumhaus

Ich habe ein Traumhaus. Mein Traumhaus is in der Stadt, in London. Es hat ein Wohnzimmer, vier Schlafzimmer, ein Esszimmer, zwei Badezimmer, eine Küche, einen Leseraum, eine Garage, und viele Fenster. Im Esszimmer stehen fünf Stühle, ein Tisch, und ein Teppich. Das Wohnzimmer hat zwei Sofas, zwei Sessels, einen Tisch, zwei Zimmerpflanzen, einen Kamin, und einen Fernseher. Die Küche ist ziemlich klein aber das ist schön und sauber. Der Leseraum ist mein Lieblingsplatz in das Haus. Da stehen ein Sofa mit viele Kissen, ein Tisch, ein Teppich, eine Holzleiter, zwei Stehlampen, und natürlich, ein groß Bücherregal mit viele Bücher. In das Bücherregal gibt es Romane, Enzyklopädie, Wörterbücher, Geschichtsbücher, Landkarten, und die anderen. Der Leseraum ist breit, ruhig, sehr angenehm und hell! Das haus hat auch ein Schwimmbad und einen Garten. Ich kann es spielen mit meine Familie. Dieses Haus ist nicht billig, aber das ist normal. Mein Traumhaus ist sehr schön

A Whole NEW Page, and Yes, (Enormously) Long Story Short..

It's 2017 already and last time I made a blog post was like........ soooo long that I couldn't even remember. I'm so lame and stuffs so yeah, please welcome me back, I think..? :'D Too many stories unwritten & unrecorded on this (nearly retired) blog. Can't believe how time flies and things change and life goes and on and on.. Now lemme (try to) make it up to you okay? :')) To sum this (tobat) blogger called Wardah Nafisah 's life up, there are gonna be unending "long story short" in this post so bear with me please?! :)) Long story short, I've graduated! Yes, from the university that's been handwritten on my school-book since elementary. Experiencing fantastic and life-changing journey of my best studying years in the best school in the country (not being arrogant or what, but it's University of Indonesia, the country name is the only name of our university so I guess I couldn't be wrong with my statement, true? :P ), last y

Road to the First ABROAD!

Heellloooooo Bloggeeeerrrr!!! Wow it's definitely been a very LONG while since my last post. Over a year, eh?! OH goodness... *bersih2in sarang laba-laba* Okay lemme explain first. It's all because of the microblogging thing called  Twitter I've been sharing all my blabs about my days, activities, feelings, surroundings, there.. Sooo yeaah so sorry if you're forgotten for a little  while.. Hehehee Well, let's see what do I have to share here.. Hmm it's too many things! Too MUCH! I've been through sooooo many things and missed to put it here.. Umm,, where do we gotta start? OH okay today's December 25th. Nothing's special in this day except my beloved athlete  Dwi Nurvita  's birthday bash! The woman futsal athlete, a Jkt-Bdg LDR patriot, the girl with no nose and no eyebrow muahahhahahhaa ^.^v AND.... I got a really BIG NEWS ! You know, in my life I've got many targets to achieve. One of them is to go abroad. There are some cou