Suara adzan yang sangat khas itu selalu turut ramai menghiasi 5 waktu shalat, bersahut-sahutan dengan muadzin-muadzin dari mushalla dan masjid di sekitarnya. Ya, suara lelaki itu memang amat sangat khas. Bukan merdu, bukan pula lantang menggema. Suaranya begitu... sederhana. Sehari-hari jika sedang dirumah, suara lelaki itu tak pernah terlewat dari gendang telingaku, menandai waktu-waktu shalat. I can say that his voice is one of the sounds that I grow up together with. Aku bahkan tak bisa mengingat-ingat kapan pertama kalinya mendengar suara khas lelaki itu dari pengeras suara mushalla kecil di belakang rumahku. Setiap waktu shalat datang, ada beberapa jenis suara adzan yang lekat sekali di telingaku karena memang selalu dikumandangkan bersahut-sahutan satu sama lain. Suara sederhana lelaki itu juga turut serta.
Thoughts, feelings, opinions.. a diary of how I see life, or, how life sees me.